December 10, 2008

Akhirnya...

Sampai kapankah?

Dia memintaku untuk tetap kuat, tegar. Tapi justru saat ini dia yang tergoncang. Kali ini kami kembali goyah. Beberapa saat lalu kami menghadiri satu pertemuan yang kemudian menguak luka yang sebelumnya tak terlihat. Sakit hatinya. Berapa banyak kebohongan lagi akan kami terima? Berapa lama lagi kami dapat bertahan? Entahlah.

Aku bukannya bisa menerima semua masalah dengan berlapang dada. Tapi aku hanya tidak ingin jatuh dalam gelap, tak habisnya menoleh kebelakang. Jelas kami tak akan bisa melangkah maju kalau begitu. Tapi dia, sakit hatinya tak terbalaskan. Semua pengorbanannya disia-siakan begitu saja. Dia yang berbaik hati merelakan kepunyaannya, tak dianggap. Jahat? Memang! Andai saja aku punya segalanya, ingin aku memberikan sebagian milikku untuknya. Agar dia bisa tersenyum lagi. Memelukku di saat aku merasa butuh dikuatkan. Aku rasa, saat ini aku yang harus memeluknya. Aku yang harus menguatkannya. 

Oh, sampai kapankah cobaan ini akan berakhir?

Dicobai lagi,
coffee.stains

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home