October 07, 2008

Rela berkorban

Pengorbanan apa yang pernah lo lakuin untuk orang yang lo sayangi?

Ngga tau kenapa tapi rasanya hari ini endingnya malah kacau. Seharian ini gue merasa hari gue baik-baik aja. Sampe akhirnya malam datang dan harus merusak cerita indah hari ini.

Berawal dari telepon hari ini dengan cowo gue. Dia cerita dia lagi puyeng. Ada banyak hal yang harus dia pikirin. Kepalanya serasa mau pecah. Mulai dari urusan kantornya, urusan sodaranya yang bikin cape ati, urusan rumahnya yang berhubungan sama mamanya. Semua bikin dia pusing. Niat awal gue mau jadi malaikat yang bisa membawa kesejukan hati. Alhasil malah sebaliknya. Gue malah menambah beban pikiran di kepalanya. Makin gede lagi deh tuh beban di kepalanya.

It was fine at first. It’s about me giving out solutions, trying to cheer him up and bla bla bla. Until I said I want him to go with me on Saturday. And Bam! It’s crashing down. To let you know, we have pretty much different way of thinking. He is the conservative one and I’m the modern one. Sometimes (It’s like – most of the times) this has become our issues. Our fights start here. Hey, it’s flammable. Dangerous!

Perbedaan pola pikir gue dan dia itu ternyata lumayan signifikan. Dan selama ini dia yang membuat gue bisa berada pada jalur yang seharusnya. Tapi kadang gue lah yang kekeuh dan bisa dibilang sangat keras kepala dengan segala keinginan yang menari-nari di kepala gue. Ini yang sering kali memicu pertengkaran yang kadang menjadi hebat. Saking hebatnya hubungan gue beberapa kali terancam.

Gue salut dan sangat menghargai dia sebagai laki-laki. Dia tipe cowo yang sayang banget dan ngejagain banget orang yang dia sayangi. Sekali dia melarang kesayangannya itu, dia pengennya didenger.  Dan omongannya itu logis. Kekhawatirannya bukan tanpa alasan. Pokoknya menurut teori cowo itu emang benar. Cuma yang disayangnya itu kadang yang ngga bisa dibilangin. Pengennya diturutin dan kalo ngga diturutin lebih galak dari cowonya. Kacau kan! Selama ini gue akui, lebih banyak dia yang mengalah (pada akhirnya setelah melalui proses argumentasi yang panjang dan melelahkan) secara terpaksa. Bukan gue juga ngga pernah ngalah. Tapi kebanyakan ya, dia itu!

Apakah ini saatnya gue harus mulai berubah dan berpikir lebih dewasa? Gue sayang banget sama dia. Dan gue sadar, harus ada perubahan dari dalam diri gue untuk membuat hubungan ini berhasil. Kalo gue kayak anak kecil terus, ngga usah tunggu sebulan, semua pasti hancur. Hubungan gue udah berjalan hampir setahun. Sedikit banyak gue juga berubah. Tapi ternyata itu belum cukup untuk membuat semua ini berhasil. Gue merasa hubungan ini lagi diuji. Ibaratnya kalo ngebangun rumah,  gue lagi milih bahan buat bikin  fondasi temboknya biar kuat. Biar ngga gampang roboh. Dan itu menjadi penting. Karena emang itulah dasar dari sebuah bangunan. Seharusnya gue bersyukur punya dia yang selalu mengingatkan gue untuk ngga neko-neko. Udah saatnya gantian gue yang berkorban. Mudah-mudahan gue bisa.

masih berusaha untuk berkorban,

coffee.stains

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home