August 27, 2009

Terima kasih sudah mengisi hidupku.

Tulisan ini kuketik hanya untukmu.

Sering kali dia menjagaku. Tidak pernah mencelakai aku. Aku jatuh cinta padanya, sejak pertama kali aku mengenalnya. Aku ingat pertama kali dia datang ke rumah, senyum sumringah terpatri di wajahku. Seperti seorang anak kecil yang baru saja dibelikan gulali oleh orang tuanya. Dia di sana, sama seperti yang sudah kubayangkan. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

Empat tahun berlalu, bukanlah masa yang singkat buatku. Pendamping yang telah mengisi hari-hariku dengan celoteh, manja, lantunan lagu favoritku, dan tak pernah menolak menemani aku ngebut di jalanan. Saat yang lain menolak untuk ikut, hanya dia yang tak pernah takut.

Aku senang, aku sedih, dia yang paling mengerti. Saat aku sedang ingin sendiri, hanya dia yang aku cari. Bahkan bukan orang terdekatku, tapi dia. Hanya dia yang kuajak pergi, terkadang hanya berputar kesana kemari untuk menjernihkan pikiran. Hanya dia yang membuatku nyaman.

Tapi tidak jarang juga dia merengek minta dimanja. Bak anak kecil yang minta dibelikan permen sebagai balasan karena sudah memenuhi permintaanku. Kalau ini terjadi, aku hanya bisa berlapang dada. Sebisanya kupenuhi keinginannya. Seringnya, aku minta bantuan papa. Karena aku sendiri, sungguh tidak sanggup.

Buatku, dia benar-benar mimpi yang menjadi kenyataan. Apa yang aku inginkan, ada padanya. Adikku juga mencintai dia, sama seperti aku. Saat aku lupa memanjakan dirinya, adikku yang kadang mengajaknya bersenang-senang.

Sejak adikku kuliah ke Jogja, dia jadi sering minta dimanja. Ampun seribu ampun, setiap kali adikku pulang ke Tangerang, pasti ada saja permintaannya. Kadang sampai capai hati dibuatnya.

Kini tiba saatnya untuk berpisah. Kuharap kamu bahagia bersamanya. Bukan aku tak cinta lagi, tapi selayaknya manusia, aku memutuskan untuk memilih yang mungkin sedikit lebih baik. Tapi aku tau, dia akan selalu jadi bagian dalam hidupku. Sampai kapanpun, selalu di hatiku.

Terima kasih Jazz Biruku. Dia pilihan pertamaku, aku memilihnya karena aku menginginkannya. Permintaanku dikabulkan. Terima kasih Papa dan Mama yang sudah membuat mimpiku jadi kenyataan. Semoga pemiliknya yang baru juga mencintainya, bahkan lebih dari yang sudah kulakukan untuknya. Amin

Salam perpisahan,
coffee.stains

1 Comments:

At August 29, 2009 at 4:35 PM , Blogger Lucianus Sugiyarto said...

Puitis sekali Nat, sekarang kamu pinter banget merangkai kata, bisa mengalahkan penyair ARYA DWIPANGGA.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home